Posts

Showing posts from 2008

Vermiform Appendix

Usus buntu, istilah resminya 'Vermiform Appendix', adalah sebuah silinder dengan satu ujung tertutup yang menempel pada usus. Kegunaanya ialah: sebagai organ limfatik, mengandung sel-sel limfoid yang aktif menyerang infeksi ( Scientific American.com ) menyimpan bakteri berguna yang dibutuhkan oleh sistem pencernaan manusia, pada saat terjadi serangan kolera/disentri ( MSNBC.com ) dapat digunakan dalam operasi/prosedur Mitrofanoff, yaitu operasi pada orang yang memiliki kasus neurogenik bladder (tidak dapat mengendalikan urinasi) sehingga kateter dapat dioperasikan sendiri ( Mingin & Baskin ) Memang, infeksi pada usus buntu dapat berakibat fatal. Sehingga tenaga medis lebih suka menganjurkan pengambilan usus buntu (appendectomy), jika diketahui terjadi infeksi. Hari Sabtu kemarin, adikku dioperasi usus buntunya. Pada saat operasi, dokter menemukan bahwa ada kista (di ovarium? atau rahim? entah), sehingga operasi dilanjutkan dengan menunggu ginekolog mengangkat kista tersebut
I'm installing Liferay 5.1.2, bundled with Jetty Servlet Container (Lightweight application server, you might say), in a Windows XP laptop. Unfortunately these errors showed up: org.springframework.beans.factory.BeanCreationException: Error creating bean with name 'mbeanServer' defined in class path resource [META-INF/management-spring.xml]: Invocation of init method failed; nested exception is java.lang.LinkageError: loader constraint violation: when resolving method "java.lang.management.ManagementFactory.getPlatformMBeanServer()Ljavax/management/MBeanServer;" the class loader (instance of org/mortbay/http/ContextLoader) of the current class, org/springframework/jmx/support/JmxUtils, and the class loader (instance of ) for resolved class, java/lang/management/ManagementFactory, have different Class objects for the type javax/management/MBeanServer used in the signature .... Caused by: java.lang.LinkageError: loader constraint violation: when resolving method &

Beware: Your App Server is NOT plug-and-play

Recently, I tried to build a simple application with a somewhat curious architecture: this web application forwards the request from user to a message queue, and another application reads from the message queue, executing an insert sql statement for each message. Netbeans 6.5 beta comes with Glassfish v2 Application Server, which is essentially a Sun Java Application Server 9.1-something with its JMS Message Queue implementation and database connection pool. With its default configuration, I created a JDBC connection to an Oracle Express 10g database, and also its connection pool. The first application is a JSF application, sending a JMS message to the JMS message queue. The second app is an EJB app, consisting a single message driven bean. Naturally the app server pools this bean too. Ok, during manual application testing, all works well. During automated testing using ab (ApacheBench), things starts to get strange aft er more than 10 concurrent connections. With 50 concurrent con

integrasi ebox-usersandgroups dgn Apache-Subversion

Subversion adalah sebuah source control system yang dapat menyimpan file apapun . Prinsip kerjanya lebih mirip CVS daripada SourceSafe , dan memang merupakan hasil pengembangan orang - orang yg ingin memperbaiki CVS . Dalam Subversion, kita dapat menyimpan file source code ataupun binary (file PHP atau file Excel, misalnya ), memberi akses terpusat ke banyak orang ke file tersebut , memberi access control ( siapa yang boleh menulis , siapa yang hanya dapat membaca ), mencatat tiap versi dari file ( sehingga ada history/log revisi tiap file, diubah oleh siapa , kapan , dan apa pesan perubahannya ). Subversion memiliki fitur integrasi dengan Apache Web Server, sehingga kita dapat memanfaatkan salah satu dari metoda authentication yang tersedia bagi Apache, dan memungkinkan akses ke repository menggunakan protokol HTTP. Ya benar , bisa diakses dengan web browser, tapi hanya akses dasar saja yang dapat dilaku

Complexity of Software (1)

One big issue about today's software is its complexity. Today's software is so complex - in the other hand, it doesn't need to be that complex. I can only speculate why our industry fails to give users what the clearly need and want. There could be reasons related to organizational culture, or they could be related to certain software business models. A widespread myth is that current software is inherently complex; so complex that ordinary people cannot possibly understand it and that it is only reasonable to expect flaws. Consider a forest with birds singing in the trees and flowers covering its floor. We can easily walk along its paths or you can be adventurous and make your own paths. We can select any aspect of its complex ecosystem and study it for your doctoral thesis. There is unlimited complexity, yet any human can master it to suit his or her purposes. There is no reason why a computer system should be more complex than a forest. I believe that the current complex

OpenOffice problems

Aku membuat dokumen menggunakan OpenOffice.org Writer (Open Office 2.3), formatnya .odt. Ketika di export jadi PDF, angka-angka dalam gambar di dalamnya berubah jadi angka arab (Arabic numerals). Setelah upgrade ke OpenOffice 2.4, angka-angka itu kembali normal. Karena bosku pakai Microsoft Office, supaya dia bisa membuka dokumen itu aku save sebagai .doc. Ternyata, table of contentsnya jadi kacau (formatnya berantakan), lalu judul (Heading 1) juga berantakan. Setelah bolak-balik eksperimen, Table Of Contentsnya bisa dibereskan dengan menghapus semua tab stop di style Contents 1, Contents 2, dst yg digunakan sebagai isi ToC. Heading yang berantakan ternyata gara-gara Heading itu mendapat tambahan formatting berupa left indent dan first line indent, dengan mengembalikannya ke format sesuai asli dari stylenya (apply style sekali lagi, meskipun tidak ada hasil yang tampak di .odtnya), hasil save sebagai .doc menjadi sama rapihnya dengan dokumen asli dalam .odt.

Mumet nginstall eeePC

Karena ada sebuah project, maka saya dipinjami sebuah eeePC. Konon software yg saya buat hendak disimpan di situ, sehingga setelah saya beres tim lain tinggal melakukan antarmuka ke eeePC tersebut. Nah.. eeePC-nya ga punya bluetooth ataupun modem (jadi ga bisa pake telkomnet instan, ga bisa pake handphone ku..) Aku install Kubuntu 7.04 menggunakan USB yg bootable. Ternyata.. package yg kubutuhkan lebih dari standard install. Tadinya aku mengcopy-copy file debian package (.deb) dari /var/cache/apt/archives hasil install di Ubuntu yg hidup di dalam VMware Player di laptop (wuih.. panjang juga kalimatnya). Setelah capek ngopy2, maka cari2 cara lain. Karena modem HSDPA ZTE milik kantor istriku lagi ada di rumah, pertama nyoba koneksi dengan modem itu (USB interface). Setelah habis beberapa jam dengan ngikutin http://blog.ufsoft.org/2007/11/30/zte-mf622-usb-modem-under-linux dan http://ex3me.org/2008/04/20/menginstall-zte-mf622-usb-modem-di-linux-ubuntu/ (mungkin karena pusing aja ya.. enta

Using Atheros WiFi in Ubuntu

One of the thing that the Ubuntu lacked is a driver for my Atheros WiFi in my Acer laptop. Recently I've been trying to make use of an Asus eeePC, which also had an Atheros WiFi. To my surprise, its WiFi is operational when booting from Xandros (eeePC customized, and debian OS-based). But Xandros is too much watered down for my usage (I need to install development environment for libsnmp9 and also need a working mysql server), so I'm installing Ubuntu in a Maxtor Basics Portable drive. Actually I installed a Kubuntu 7.04 Feisty Fawn, with KDE instead of Gnome desktop, but it shouldn't matter much (I hope.. thats the only installer I got back home). Reading this wiki article about Installing Ubuntu in eeePC , finally I found that madwifi is the solution. To quote the steps : sudo apt-get install build-essential wget http://snapshots.madwifi.org/special/madwifi-ng-r2756+ar5007.tar.gz tar zxvf madwifi-ng-r2756+ar5007.tar.gz cd madwifi-ng-r2756+ar5007 make clean make sudo mak

Menilai project open source

Dengan adanya lusinan (puluhan?) framework open source, tidak mungkin kita memilih dengan cara mencobanya satu demi satu. Mungkin kita lihat yang mana yang populer di kalangan teman-teman kita atau mana yang sering disebut-sebut oleh artikel atau blog di internet. Dengan adanya situs Ohloh (www.ohloh.net, yang sekilas saya sebut di posting sebelum ini), cara tadi menjadi kuno dan tidak terstruktur - di Ohloh kita bisa melakukan perbandingan antar project, menilai aktivitas kontributor tiap project, memperkirakan nilai project (berdasarkan jumlah baris - debatable indeed ). Popularitas sebuah project dinilai dengan ukuran Stack - yaitu berapa orang user Ohloh yang memasukkan project tersebut ke technology stack-nya (dengan kata lain, aktif menggunakan hasil dari project tersebut). Ada juga penilaian ke individu yg terlibat dalam project2 ( Kudos ), yang didapatkan dari penilaian orang terhadapnya (sebetulnya ada banyak faktor dan cukup rumit). Ohloh juga menampilkan peta menunjukkan

Goodbye Visio

Setelah mencoba berbagai tool open source, (dan menahan diri untuk tidak memasang Microsoft Visio 2003), kini saya cukup PD untuk membuat macam-macam diagram. Anda perlu menggambar UML diagram, dan butuh model UML yang bisa dihubungkan dengan macam-macam code generation tool: gunakanlah ArgoUML Kekurangannya: hanya bisa menggambar diagram UML, agak berat karena dibuat pakai Java Kelebihannya: bisa export XMI dengan format UML 1.4 Anda perlu menggambar diagram dengan sangat cepat : gunakanlah yEd Graph Editor . memiliki macam-macam algoritma layouting untuk menata ulang gambar kita, tiap node bisa diganti gambarnya (dengan isi dari file .PNG atau .SVG). sangat intuitif dan mudah, response cepat (seakan-akan bukan dibuat pakai Java..) Kekurangannya: hanya bisa menggambar diagram yang bisa dimodelkan sebagai graph (yaitu kumpulan Node dan Edge). Anda perlu menggambar ilustrasi diagram yang lumayan cantik : gunakanlah InkScape program gambar sekelas Adobe Illustrator/FreeHand mendukung SVG

Model Driven Euphoria

Image
Beberapa hari terakhir ini, karena dapat tugas untuk merancang sebuah aplikasi, aku merambah dunia UML, belajar cara memakai tool ArgoUML, susah payah memasang AndroMDA, dan mendownload macam-macam freeware untuk menggambar diagram. Konsep MDA, Model Driven Architecture, membuat model UML yg kita buat menjadi beberapa kali lebih bernilai daripada sekedar sketsa dan dokumentasi. Ada dua kategori atau generasi tool untuk MDA, Tool yang melakukan transformasi dari model yang dibuat, dan kemudian menghasilkan source code dari hasil transformasi. Jargonnya sih, Transformasi PIM (Platform Independent Model) menjadi PSM (Platform Specific Model), dan code generation. AndroMDA termasuk kategori ini. Tool yang mentransformasi model menjadi runtime data, yang langsung bisa dieksekusi oleh runtime engine tertentu. OpenMDX termasuk kategori ini. Bagi yang pernah menggunakan Rational Rose atau PowerDesigner, tool generasi pertama mirip dengan yang sudah dilakukan tools tersebut (ArgoUML juga bisa m